SUARA INDONESIA

Sepekan Usai Coblosan, Harga Daging Ayam dan Telur di Jombang Merangkak Naik 

Gono Dwi Santoso - 24 February 2024 | 14:02 - Dibaca 1.05k kali
Ekbis Sepekan Usai Coblosan, Harga Daging Ayam dan Telur di Jombang Merangkak Naik 
Rozak, penjual daging ayam saat melayani pembeli di Pasar Pon Jombang, Jawa Timur, Sabtu (24/02/2024). (Foto: Gono Dwi Santoso/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JOMBANG – Sepekan usai coblosan, harga kebutuhan pokok di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, merangkak naik. Di antaranya harga daging ayam dan telur. Di Pasar Pon Kabupaten Jombang, contohnya, dua komoditas pangan ini mengalami kenaikan sejak sepekan belakangan.

Rozak, salah seorang penjual daging ayam di Pasar Pon mengatakan, setiap hari harga daging ayam merangkak naik. Menurutnya, jika seminggu lalu masih di kisaran Rp 29 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 30 ribu. “Dan saat ini naik lagi hingga harganya mencapai Rp 33 ribu per kilogram," terangnya, Sabtu (24/2/2024).

Rozak mengungkapkan, harga daging ayam itu diperkirakan akan naik kembali mendekati Ramadan nanti. Karena biasanya banyak permintaan dari konsumen menjelang bulan puasa.

"Berhubung ada kenaikan harga, maka stok ayamnya dikurangi. Biasanya saya memotong ayam untuk dijual ke pasar sekitar 1,5 kwintal, sekarang hanya memotong sekitar satu kwintal," ujarnya.

Ditemui di kios dagangannya, Iwan penjual sembako di Pasar Pon Jombang juga mengatakan hal serupa. Tak hanya harga daging ayam, harga telur ayam ras juga terkerek naik. Termasuk gula dan minyak goreng.

Dia mengungkapkan, harga telur sekarang tembus Rp 29 ribu dari semula Rp 26 ribu. Sedangkan minyak goreng kemasan dari toko dari sebelumnya Rp 14.500, saat ini naik menjadi Rp 15 ribu per botol isi satu liter.

“Untuk harga beras tetap Rp 15.500. Dengan adanya kenaikan ini berdampak pada konsumen. Daya beli masyarakat ikut menurun," terangnya.

Iwan menuturkan, imbas kenaikan harga ini jumlah pembeli menurun di kiosnya berkurang. Jika biasanya pelanggan membeli beras 5 kilogram, sekarang hanya tiga kilogram. "Dulu biasanya beli untuk stok beras 10 kilogram, sekarang tidak. Konsumen beli secukupnya sesuai kebutuhan," tandasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV