JOMBANG - Memasuki bulan ramadan 1444 H menjadi berkah tersendiri bagi pengrajin sarung tenun goyor di Jombang yang kebajiran order pesanan.Dimana perajin sarung tenun goyor ini berada di Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang, Minggu (26/03/2023)
Ditemui di rumahnya pengrajin tenun goyor, Sugeng Riyadi (51) mengatakan, usahanya terus bergeliat, bahkan pemasarannya mampu tembus hingga timur tengah kewalahan pesanan kekurangan tenaga kerja untuk produksi sarung tenun goyor tersebut.
" Sarung goyor bukan barang asing lagi bagi pecinta kain sarung. Sarung jenis tenun goyor ini tergolong sarung berkualitas premium karena dibuat dengan cara menenun secara manual dengan alat tradisional," terangnya.
Sugeng menekuni kerajinan sarung tenun goyor ini sejak tahun 2015 silam.Sarung yang dibuat secara manual dengan mesin tenun tradisional karena pandemi Covid-19 maka pengrajin di bawa kerumah masing masing yang tersebar di berbagai kecamatan di Jombang dan kabupaten Kediri.
" Awalnya, dia sendiri yang membuat sarung goyor dari benang tenun berbahan dasar kapas. Banyaknya permintaan dari usahanya tersebut akhirnya menambah pegawai sebanyak 25 dan sudah dilatih khusus untuk menenun," ungkapnya.
Sugeng mengatakan perbedaan sarung tenun ini dengan tenun yang lainya yaitu , sarung tenun ini terasa dingin saat dipakai di musim panas dan terasa hangat dipakai saat musim penghujan sehingga cocok bagi pecinta sarung tenun goyor.
"Untuk kualitas bahan baku yang khusus yang digunakan berupa benang dari bahan kapas khusus yang diimpor dari China sehingga tidak gampang putus," katanya.
Sugeng menambahkan, dalam satu minggu Sugeng hanya mampu membuat 100 potong kain, karena terkendala sumber daya manusia (SDM) dan bahan baku Untuk harga dari satu potong sarung tenun goyor ia bandrol dengan harga Rp 500 ribu .
"Dalam seminggu, saya mampu mengirim ke Timur Tengah hingga 100 potong sarung omset dalam sepekan saja, ia mampu memperoleh Rp 50 juta," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi