SUARA INDONESIA

Jangan Free Sex, Angka HIV/AIDS Kabupaten Mojokerto Kian Bertambah

Mohamad Alawi - 30 November 2022 | 12:11 - Dibaca 2.16k kali
Pemerintahan Jangan Free Sex, Angka HIV/AIDS Kabupaten Mojokerto Kian Bertambah
Wahyudi Aktivifis Mahameru saat di temuin di RS RSUD Prof dr Soekandar Mojokerto

MOJOKERTO - Koordinator Program HIV/AIDS RSUD Prof dr Soekandar Mojosari Mojokerto, Dr. M. Jumali Dawam, menyampaikan data mengagetkan. Menurutnya, pasien yang berobat ke RSUD Prof dr Soekandar sebanyak 368 pasien. Mereka terdiri dari 169 laki-laki dan 199 perempuan. 

"Itu data yang berobat ke RS Soekandar saja," ungkap Dr Jumali saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa hari lalu. 

Yang lebih mengagetkan lagi, setiap bulan kasus HIV/AIDS selalu ada 11 pasien baru. Setidaknya dari data yang ia sampaikan ada 111 pasien baru periode Januari hingga Oktober 2022.

"Per Januari-Oktober 2022 tercatat 111 pasien baru, ada 7 balita dan sisanya orang dewasa," ujarnya. 

Ia mengungkapkan untuk menanggulangi HIV/AIDS ia (para Medis) tidak bisa berdiri sendiri. Semua elemen masyarakat memiliki peran besar untuk menanggulangi HIV/AIDS di Bumi Majapahit ini. 

"Kami tidak dapat berdiri sendiri, tokoh agama, tokoh masyarakat, media dan semua komponen masyarakat untuk atasi HIV/AIDS ini," terangnya. 


Penularan dan pencegahan HIV/AIDS

Menurut dr. Jumali, HIV dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui cairan tubuh, seperti darah, ASI, sperma, dan cairan vagina. HIV/AIDS dapat menyebar melalui beberapa cara seperti Transfusi darah positif- HIV, jika transfusi ini tidak dilalui uji saring dan sudah terkontaminasi HIV.

Berbagi jarum suntik yang telah tercemar HIV, misalnya penggunaan narkoba jenis suntik karena jika suntikan dipakai secara bersamaan dan di antara pemakai ada yang terinfeksi HIV maka jarum tersebut akan menjadi media penularan HIV.

"Seks Bebas, ini sangat berisiko tinggi jika dilakukan tanpa menggunakan pengaman.
Cara encegahan HIV/AIDS ya Menghindari seks bebas, Tidak membuat tato, Tidak menggunakan narkoba, Menjauhi penyimpangan seksual (LGBT)," terangnya. 

Sementara itu, Wahyudi aktivis Mahameru mengatakan faktor sosial merupakan salah satu faktor yang dapat menjerumuskan remaja kepada perilaku berisiko yang membuat mereka lebih besar terkena penyakit HIV. 

"Seperti Kurangnya informasi dan aksesibilitas mengenai pendidikan seksual, khususnya kesehatan organ reproduksi. Kurangnya kesadaran tentang berbagai penyakit menular seksual, seperti HIV dan AIDS," ujar Yudi panggilan akrabnya. 

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020) Pada awal infeksinya, orang yang terpapar virus HIV tidak menunjukkan gejala apa pun. Tergantung pada sistem kekebalan seseorang, mereka mungkin mengalami gejala seperti flu dalam satu atau dua bulan setelah virus masuk ke dalam tubuh, tetapi tetap sehat selama bertahun-tahun. 

"Akan mulai mengalami gejala yang lebih parah dari waktu ke waktu karena sistem kekebalannya melemah. Seperti Penurunan berat badan satu bulan lebih dari 10%, infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan, batuk, Diare, demam tinggi, lebih dari satu bulan, dan kondisi kulit ruam merah atau iritasi," tandasnya. 

Ia menambahkan, bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) jangan putus asa untuk selalu mengkonsumsi ARV. "Kadang ODHA ini malas, ahirnya kami motivasi," ungkapnya. 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mohamad Alawi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV

Pemerintahan

View All
EDISI, 14 MARET 2024
14 March 2024 - 19:03
EDISI, 14 MARET 2024
EDISI, 12 FEBRUARI 2024
12 February 2024 - 17:02
EDISI, 12 FEBRUARI 2024
EDISI, 11 FEBRUARI 2024
11 February 2024 - 07:02
EDISI, 11 FEBRUARI 2024
EDISI, 09 JANUARI 2024
09 February 2024 - 17:02
EDISI, 09 JANUARI 2024
EDISI, 08 FEBRUARI 2024
08 February 2024 - 17:02
EDISI, 08 FEBRUARI 2024