SUARA INDONESIA

Anggota DPR RI Singgih Januratmoko: Tragedi Kanjuruhan Jangan Sampai Terulang

Muhammad Nurul Yaqin - 03 October 2022 | 09:10 - Dibaca 2.41k kali
Peristiwa Anggota DPR RI Singgih Januratmoko: Tragedi Kanjuruhan Jangan Sampai Terulang
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Singgih Januratmoko. (Istimewa).

JAKARTA - Tragedi memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022, yang menewaskan ratusan orang termasuk dua aparat kepolisian, menjadi duka mendalam bagi bangsa Indonesia. 

Ungkapan duka mendalam turun disampaikan Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Singgih Januratmoko. 

Menurut Singgih, tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia ini perlu adanya evaluasi, introspeksi dan pembenahan menyeluruh dalam olahraga sepak bola, termasuk karakter semua pihak yang terlibat dalam olahraga tersebut. 

“Kami menyampaikan duka yang mendalam terhadap para korban dan bagi keluarganya yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Semoga bisa ikhlas sabar tabah dan tawakal atas takdir Allah SWT. Dengan adanya musibah ini Allah akan memberikan hikmah untuk perbaikan di masa mendatang,” ungkap Anggota DPR asal Fraksi Partai Golkar tersebut, Senin (3/10/2022).

Singgih mengatakan, semangat dan napas dari sebuah kompetisi bola adalah fair play, respect dan sportivitas. Sepak bola haruslah tetap menjadi hiburan. Bukan palagan yang menampilkan kekerasan, apalagi kuburan.

Menurutnya, sportivitas memiliki aspek profesionalitas, yang di dalamnya terdapat karakter amanah dan kejujuran. Sebagai pemain, mereka akan mengemban amanah dalam menjalankan perintah pelatih dan kaptennya. 

Dengan kejujurannya, pemain tidak akan melakukan perbuatan yang mencederai sportivitas, misalnya terlibat pengaturan skor atau suap menyuap. Sportivitas bukan hanya menjadi tanggung jawab dan kewajiban para pemain sepak bola, tetapi semua pihak yang terlibat di dalamnya mulai pengurus PSSI, Operator Liga, Official, pelatih, termasuk suporter yang dikenal sebagai pemain kedua belas.

”Jangan gampang terprovokasi dan mudah tersulut emosi. Kecintaan terhadap tim dan pemain kesayangan jangan menjadikan titik panas emosi. Ini hanya permainan yang harus ada kalah dan menang,” imbuh Legislator Senayan Daerah Pemilihan Jawa Tengah V, yang meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dan Kota Surakarta itu.

Alumni Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada itu menambahkan, jangan sampai terjadi pada saat tim mereka menang, para suporter mengelu-elukan dan memberikan pujian setinggi langit kepada pemain. 

“Sementara saat tim pujaan kalah, mereka menghujat, menyampaikan sumpah serapah bahkan menyerang semua pihak yang dianggap lawan dan merugikan. Ini semua menjadikan sepak bola menjadi tidak masuk akal dan akan terus bermasalah,” ujarnya. 

Bila karakter sportivitas dijunjung tinggi, dapat melahirkan kerukunan, kekompakan dan kebersamaan antar suporter dan antar tim yang bertanding, “Suasana kondusif ini dapat memajukan sepak bola nasional. Bahkan dengan sportivitas itu, bisa menghilangkan praktik suap atau kecurangan dalam dunia sepak bola,” papar Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia itu. 

Singgih mengingatkan, emosi berupa amarah yang tidak terkendali bisa berakibat negatif. Sesuatu yang berlebihan selalu membawa hal yang kurang baik. Fanatik itu boleh, tetapi jangan sampai berlebihan, sehingga mendewakan tim kesayangan dan pemain idolanya.

Menurut Fungsionaris DPP Partai Golkar tersebut pemujaan yang berlebihan terhadap tim dan pemain juga berpotensi memunculkan sikap permusuhan dan tindak kekerasan antar suporter, “Sehingga mereka yang beragama pun lupa, saling melukai dan saling menyerang,” tambahnya.

Singgih Januratmoko berharap, tragedi di Stadion Kanjuruhan itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Dia meminta, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk olahraga sepak bola membenahi berbagai masalah.

"Mulai dari pengelolaan tim, penganggaran, sponsorship, prosedur pengaman sampai dengan membina para suporter. Dengan demikian, sepak bola selain menjadi kebanggaan rakyat Indonesia juga menjadi alat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : M Ainul Yaqin

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV