BANYUWANGI - Video viral area perbukitan yang sebagian sudah gundul akibat banyak pohon kelapa bertumbangan, mendapat respon cepat dari Polresta Banyuwangi.
Kasatreskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Agus Sobarnapraja, mengaku telah menerjunkan tim khusus (timsus) untuk menelusuri lokasi di video itu.
"Kami sudah membuat tim untuk menelusuri dimana lokasi gambar itu diambil," kata Agus saat memberikan keterangan, Selasa (25/10/2022).
Selain itu, lanjut Agus, pihaknya akan memanggil pemilik akun instagram @bwi24jam yang pertama kali mengunggah video tersebut.
"Kita tanya nanti yang ngasih video siapa, dan videonya itu dimana lokasinya. Sehingga kita bisa dengan mudah melakukan tindak lanjut," ujarnya.
Agus menambahkan, jika lokasi pohon kelapa yang bertumbangan sudah ditemukan. Timsus akan langsung cek TKP untuk memastikan apakah ada penebangan atau tidak.
"Jika benar ada penebangan, kita cek juga apakah ada dampak atau tidak dengan kondisi banjir saat ini. Kita tidak bisa menyimpulkan, karena Itu perlu ahli untuk menilai," cetusnya.
Namun, masih kata Agus, jika melihat dari video yang beredar. Kejadian tersebut bukan di hutan melainkan di perkebunan.
"Kalau pohon kelapa itu kan pohon yang ditanam, berarti bukan di hutan tapi di perkebunan. Logikanya begitu. Akan tetapi kita pastikan dulu lokasinya dimana, apakah benar di Banyuwangi atau tidak," tegasnya.
Di sisi lain, Agus membeberkan jika persoalan mengenai ilegal logging atau pembalakan secara liar sudah beberapa kali pihaknya tangani.
"Upaya penegakan hukum terkait ilegal logging sudah beberapa kali kita lakukan baik temuan kita sendiri maupun respon dari Perhutani," tandasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, di tengah musim penghujan sebuah video berdurasi 2 menit 50 detik viral di media sosial memperlihatkan area perbukitan yang sebagian sudah gundul.
Dalam video yang diunggah akun instagram @bwi24jam itu nampak banyak pohon-pohon kelapa yang bertumbangan. Insiden itu diduga terjadi di Banyuwangi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
| Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
| Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi